pertama digunakan topi putih untuk cari informasi alias masih netral. anak ditanya pendapatnya secara terbuka dan apa adanya. tidak perlu pertimbangan saat memakai topi putih. kedua, menggunakan topi merah tentang perasaan. apakah akan sedih atau gembira karena pergi sendiri? ketiga, warna hitam tentang waspada, apakah ada bahaya dari pergi sendiri? 11 Kasus GPdl Sumedang. Kasus pelarangan ibadah gereja GPdl telah berlangsung sejak 2012 dan belum terselesaikan. Komnas HAM memperlihatkan infomasi bahwa Pemkab Sumedang masih menolak memproses perizinan dengan alasan persyaratan belum terpenuhi. Komnas HAM akan meminta penjelasan dari Pemkab Sumedang terkait hal ini. 6 3. Berpikir kritis perlu bagi perawat. Penerapan profesionalisme. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberikan askep. Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat yang baik.Diperlukan perawat, karena: a) perawat setiap hari mengambil keputusan. b) perawat menggunakan keterampilan berfikir :
Jikakita melihat sebuah masalah dengan teknik Six Thinking Hats, maka kita akan menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan semua pendekatan yang mungkin. Keputusan dan rencana kita akan bercampur dengan ambisi, keterampilan dalam implementasi, sensitivitas publik, kreativitas dan exit plan yang baik pula.

Topidalam Six Thinking Hats memiliki cara berpikir yang berbeda. Topi-topi tersebut diantaranya: 1. Topi Putih. Dengan menggunakan topi putih, Anda bisa berfokus pada data yang tersedia. Pertama-tama Anda bisa melihat informasi yang Anda punya dan pelajari dari semua informasi tersebut.

Alatyang dapat digunakan yaitu Six Thinking Hats (Enam Topi Berpikir), diciptakan oleh Edward de Bono. Anda dapat menggunakannya untuk pemikiran sendiri maupun kelompok, di mana setiap orang dapat mewakili perspektif yang berbeda. Cara menggunakan. Setiap topi berpikir mewakili satu lensa / perspektif / gaya berpikir.
0yAhH. 127 423 203 328 114 287 105 330 32

contoh kasus 6 topi berpikir